Spiga

BlackBerry's, Trendsetter sesaatkah??


Blackberry, atau yang lebih dikenal dengan sebutan BB, sepertinya saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan utama, layaknya sandang, pangan dan papan. Atau mungkin bahkan lebih ekstrim lagi diatas dari ketiga kebutuhan primer diatas, misal : biarlah masih ngekost atau ngontrak, tapi menenteng kesana kemari sebuah BB di genggamananya ataupun rela mengurangi jatah makan guna mendapatkan si “berry hitam” yang tengah menjadi idola masyarakat perkotaan, khususnya Jakarta.
Kita coba kembali sekitar tahun 2007 kemarin, dimana demam Communicator (sebutan dari Nokia Communicator family) melanda ibukota ini. Masyarakat Jakarta dan kota-kota besar lainnya pun rela antri dari subuh di depan konter penjual Nokia, baik yang resmi ataupun tidak hanya untuk bisa mencicipi si “brick-like smartphone” terbaru itu.
Mereka pun rela membayar selisih lebih sekian ratus ribu atau sekian juta rupiah untuk menjadi nomor pertama didalam waiting list yang telah mengular bak antrian sembako ataupun minyak tanah itu. Itu semua karena pada saat itulah Nokia E90 dilaunching untuk pertama kalinya di dunia, dan Indonesia lah pilihan utama tempat peluncuran handphone pintar terbaru dari Nokia.
Tidak salah memang pihak marketing Nokia memilih Indonesia sebagai tempat peluncuran pertama kali Nokia E90, yang kadang-kadang diplesetin dengan “EGO“, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mempunyai ego yang sangat tinggi. Melebihi dari realitas yang bisa ditolerir oleh orang pada umumnya.

Jangan heran jika Anda mendapati sebuah rumah gubuk reyot yang tidak ada atapnya berlubang-lubang tetapi didalamnya terdapat sebuah televisi 21 inchi dan pemiliknya sedang berasyik masyuk sms-an ria atau berhaha-hihi dengan sebuah handphone yang cukup buat beli beras untuk sebulan lamanya.
Itu contoh untuk kaum marginal ataupun yang berekonomi pas-pasan, coba kita tengok diseberang sana, kelakuan yang hampir serupa tapi dalam taraf yang lebih parah pun melanda kaum gedongan ataupun borjuis yang duitnya seolah-olah tidak berseri saking banyaknya.
Contoh nyata, mobil paling terkini yang masih dipamerkan disebuah ajang motorshow diluar negeri sana, hanya dibuat secara limited (terbatas) dan jumlahnya di seluruh dunia hanya ada 10, jangan kaget jika 2 atau 3 dari jatah itu adalah untuk orang Indonesia. Hebat !!
Sekarang kita kembali lagi ke topik diatas, tentang fenomena blackberry yang seolah-olah meluluh lantakkan berbagai macam fenomena-fenomena alam yang telah terjadi selama ini dan gegap gempita Pemilu yang sebentar lagi berlangsung. Fenomena ini sedang melanda masyarakat kota besar hingga pelosok negeri. Yang muda ataupun tua, dari anak kuliah hingga orang perkantoran. Semuanya terbius dengan si “berry-hitam” yang konon presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik, Barrack Obama pun tidak bisa lepas darinya.
Coba simak hasil wawancara berikut ini, kira-kira apa saja harapan orang-orang terhadap Blackberry ataupun dorongan hasrat paling mendalam seperti apa sehingga membuat seseorang rela untuk menebus sebuah alat komunikasi ini senilai satu ekor sapi jantan, sehat, kuat, dan siap untuk dikorbankan di Hari Idul Adha setiap tahunnya. (sekitar Rp 6 juta - 8 juta ketika tulisan ini diketik. sumber : Bhinneka.com)
“Dengan BB, gue bisa chatting, check email, buka fesbok (facebook), browsing dimana aje .. pokoknye ngga ketinggalan informasi dah!”.

Kebutuhan akan komunikasi data maupun suara dimana saja dan kapan saja, saat ini sudah menjadi hal yang lumrah. Seiring dengan pertumbuhan teknologi komunikasi yang semakin memudahkan seseorang untuk bisa terhubung ke seluruh penjuru dunia lewat bantuan Internet. Tapi apakah Anda lupa, itu semua telah menjadi fitur utama dari semua smartphone mulai dari jaman Nokia 6600 diluncurkan (kira-kira 7 tahun yang lalu).
Memang sih Nokia 6600 tidak secantik dan secanggih BlackBerry ini, tapi di merk lain pun saat ini telah mengeluarkan berbagai macam jenis smartphone guna menghadang laju BlackBerry ini, sebut saja dari kubu Nokia yang mengeluarkan E71 ataupun E63 yang lebih dulu keluar, yang mempunyai fitur dan fungsi yang setara dengan BlackBerry, dengan membawa nilai lebih yaitu harga yang lebih masuk diakal daripada BB dan bisa digunakan dengan kartu dari operator manapun juga.
Koneksi WiFi, GPRS, EDGE, HSDPA, Bluetooth, infrared adalah syarat utama sebuah handphone yang menyandang titel smartphone. Apa sih smartphone itu ? Gubraks .. Jadi kemana saja selama ini kawan ? Monggo di intip penjelasan smartphone disana.
“Tongkrongannya Blackberry sekarang khan manteb coy … ngga malu-maluin lah kalo lagi nge-mail ataupun kopdar di kafe-kafe bareng temen-temen kongkow”.
Sepertinya RIM (Research in Motion), yang membuat si blackberry ini mulai mengerti akan kebutuhan tampilan (fashion) dewasa ini. Coba lihat design dan tampilan Blackberry 2 atau 3 tahun yang lalu (seperti pada gambar diatas). Tak ubahnya sebuah kotak untuk pengganjal buku ataupun sebuah hardisk eksternal . Dengan design yang tampil elegan, manis, membulat disana-sini, serta nuansa glossy (mengkilap) saat ini, pamor Blackberry pun tak ubahnya si Cinderella yang berubah dalam semalam, dari si buruk rupa menjadi si cantik dan menawan.
Sekarang pilihan ada di tangan Anda. Apakah Anda rela merogoh kocek lebih dalam lagi hanya untuk sebuah tampilan saja ? Jika uang bukan masalah buat Anda, so it’s no problemo. Tapi jika Anda bela-belain hutang ke sebuah plastik seukuran kartu nama (baca : kartu kredit) hanya demi mendapatkan gengsi tersebut, sebaiknya Anda pikir-pikir kembali niatan Anda itu.

”Masalah sekuritas di Blackberry”
Untuk di Indonesia, pembelian BlackBerry secara resmi adalah dengan bundling dari pihak operator, Telkomsel, Indosat dan XL. Hati-hati jika Anda ingin memiliki BB dengan cara membeli lewat tangan kedua (second) ataupun secara BM (black market). Walaupun dipasaran (baca : internet) kita bisa jumpai teknologi untuk unlock, hacking, ataupun cracking terhadap PIN dan registrasi yang “mengunci” BlackBerry tersebut. Pada awalnya teknologi PIN dan registrasi ini untuk melindungi aset berharga dari si tangan jahil (baca : dicuri / kecopetan), tapi pada dasarnya adalah untuk ‘mengunci’ si pelanggan tersebut untuk loyal terhadap operator tersebut. (lagi-lagi trik marketing berbicara disini).
“BlackBerry bisa membuat autis kepada penggunanya”
Ketika seseorang telah asyik dengan dirinya sendiri dan “dunianya sendiri”, apalagi tidak memperdulikan lingkungan sekitar, menjadikan sikap ketergantungan yang teramat sangat, tidak bisa hidup tanpa “dunianya”, maka orang tersebut boleh dibilang telah terkena gejala-gejala penyakit autis. Seorang pengguna maniak BlackBerry bisa menghabiskan waktunya berjam-jam, bahkan seharian penuh bersamanya. Entah untuk membalas email, memberikan komentar lewat blogwalking, upload foto terbaru kedalam facebook, ataupun sekedar browsing dan chatting dengan seseorang yang dari antah berantah diseberang sana.
Dia seolah-olah telah mempunyai dunianya sendiri, tidak menghiraukan lagi lingkungan disekitarnya. Toh dengan BlackBerry di genggamannya, dan koneksi internet selama 24 jam nonstop yang didapatnya, maka dia bisa menciptakan dunia yang sesuai dengan keinginannya. Dunia semu nan majemuk alias dunia maya.
Hal diatas pada dasarnya tidak hanya bisa terjadi kepada pengguna BB saja, tapi bisa terjadi pada siapa saja, para pengguna handphone yang hanya bisa untuk kirim sms dan menelpon saja pun juga bisa menciptakan dunia yang serupa. Jadi anggapan diatas tidaklah 100% benar.
Memang semua itu kembali pada diri masing-masing. Seberapa pentingkah memiliki BlackBerry itu untuk Anda ? Worthed (layak) kah Anda harus mengeluarkan uang seharga satu ekor sapi untuk sebuah alat komunikasi pintar ini ? Jangan sampai semua itu hanyalah demi kesenangan sesaat saja.
Bagaimana menurut Anda ?? (sumber:hi-technews.net)

0 comments: